Jalur Kereta Api SS/KAI Cibatu - Cikajang (1889-1983, 2020 - Sekarang)

Di masa kolonial, Garut sangat terkenal sebagai salah satu tempat berlibur paling menawan di seantero wilayah Priangan. Tidak terlalu jauh dari Bandung dan dapat dicapai tanpa memerlukan waktu berhari-hari dari Batavia. Selain itu, Garut juga terkenal sebagai kawasan perkebunan dengan hasil bumi yang bermacam-macam, mulai dari Teh, Kina, Kayu Jati, dan berbagai komoditas lain yang pada akhir abad ke 19 sangat dibutuhkan di Eropa dan Hindia Belanda sendiri. Potensi yang ada menyebabkan Pemerintah Hindia Belanda melalui StaatsSpoorwegen kemudian membangun jalur kereta api ke arah timur Priangan guna memudahkan transportasi barang dan orang yang ingin berlibur ke Garut. Pembangunannya sendiri diselesaikan pada Tahun 1889. Cabang dari Cibatu ke Garut ini bahkan diprioritaskan diselesaikan lebih dahulu daripada lanjutan lintas Cibatu ke Banjar dan Maos (agar tersambung dengan jalur Jogja - Cilacap yang selesai dibangun Tahun 1887). Tambahan lintas dari Garut ke Cikajang diselesaikan pada Tahun 1930. 

Stasiun Bayongbong di Petak Non Aktif Garut - Cikajang



Jalur ini terus bertahan dan menjadi pilihan moda transportasi utama masyarakat di sekitar Garut dan Cikajang untuk pergi ke kota lain seperti Bandung, Tasikmalaya atau ke kota yang lebih jauh seperti Yogyakarta dan Jakarta, namun dalam perkembangannya pada Tahun 1980-an, jalur ini semakin kurang terawat sehingga performa kereta api yang melintas semakin menurun dan akhirnya mulai kehilangan penumpang. Adanya penghapusan penggunaan lokomotif uap pada tahun-tahun tersebut semakin menyulitkan pengadaan perjalanan kereta api karena kesulitan armada, dan akhirnya jalur ditutup untuk lintas Garut - Cikajang pada Tahun 1982 dan Cibatu - Garut di tahun berikutnya. 

Jalur ini mempunyai beberapa keunikan, antara lain pemandangan alam wilayah Priangan yang super indah. Selain itu, jalur ini juga merupakan jalur kereta api dengan gradien tanjakan tertinggi dan Stasiun Cikajang adalah stasiun tertinggi di Jawa. Setelah dinonaktifkan, sarana dan prasarana perkeretaapian semakin rusak, rel mulai hilang, railbed banyak yang dikepras untuk dijadikan sawah/permukiman. Namun secara umum prasarana perkeretaapian yang ada masih relatif utuh (rel masih banyak yang tersisa walaupun sebagian besar terpendam, demikian pula jembatan rel). Stasiun diantara lintas Garut ke Cikajang juga hampir semuanya masih ada bangunannya walaupun sebagian besar kondisinya sudah memprihatinkan. 

UPDATE TAHUN 2020

Seiring dengan program reaktivasi jalur kereta api yang dilaksanakan pemerintah dan PT. KAI sebagai operator perkeretaapian, sejak Tahun 2019 lintas Cibatu ke Garut direaktivasi oleh PT. KAI dan selesai pada awal 2020. Stasiun yang diaktifkan kembali adalah Stasiun Garut, Stasiun Pasir Jengkol dan Stasiun Wanaraja, yang selain dipugar kembali bangunan lamanya, juga ditingkatkan dengan penambahan peron tinggi, kanopi dan bangunan - bangunan penunjang tambahan. Dengan demikian, per 2020, segmen Cibatu - Garut kembali aktif melayani kereta api barang dan penumpang. 



Sumber : 
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalur_kereta_api_Cibatu-Cikajang
https://www.facebook.com/media/set/?set=oa.622016677931865&type=1
https://naratasgaroet.wordpress.com/2015/09/09/10-september-1912-kereta-anjlok-di-pasirdjengkol/

Komentar

Postingan Populer