Jalur Keretaapi SCS/SJS/NIS/KAI Kota Semarang (1870-Sekarang)

Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah merupakan saksi awal muncul dan berkembangnya transportasi perkeretaapian di Hindia Belanda (Indonesia). Jalur kereta api pertama kali dibangun di kota ini, yaitu jalur Semarang - Tanggung (kini bagian dari lintas Semarang - Solo) pada Tahun 1864 dan diresmikan pertama kali penggunaannya pada Tahun 1870. Dari sini kemudian jalur kereta api dibangun menyebar ke seluruh Jawa, Sumatera, Madura, dan sebagian kecil Kalimantan dan Sulawesi. Berbagai perusahaan swasta kereta api muncul, dan yang beroperasi di Kota Semarang adalah Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) dan Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS). SJS dan NIS berkantor pusat di Semarang (kantor pusat NIS sekarang dikenal dengan nama Lawang Sewu) dan Kantor pusat SJS masih utuh di Kemijen, hanya kini tidak digunakan dan mulai rusak karena terendam banjir Rob. Sementara kantor pusat SCS berada di Kota Tegal (di dekat Stasiun Tegal).

Jalur awal milik NIS di Semarang awalnya berada di Stasiun Samarang NIS yang awalnya bentuknya seperti huruf U (stasiun terminus seperti Stasiun Jakarta Kota). Stasiun ini kemudian dibongkar di sisi baratnya guna menghubungkan jalurnya dengan Stasiun Semarang Tawang yang dibangun oleh NIS pada tahun 1914. Hal ini dilakukan karena pada tahun - tahun itu, area Stasiun Samarang NIS mulai sering dilanda banjir rob, sehingga pusat layanan NIS dipindahkan dari Kemijen ke Tawang dan Lawang Sewu. Dari sini juga kemudian jalur dikembangkan lebih luas ke Pelabuhan (kleine boom).

Selain NIS, Semarang Cheribon Stoomtraam Maatschappij (SCS) juga merupakan salah satu perusahaan keretaapi yang beroperasi di Semarang. SCS menguasai konsensi jalur kereta api mulai dari Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal dan Semarang Barat (kini bagian dari jalur ganda lintas utara Jawa). SCS berdiri tahun 1895, dan membangun jalur dari Stasiun Semarang Pindrikan ke Kaliwungu pada tahun 1897. Seiring dengan perubahan trase jalur dari tram ke spoor pada awal abad ke 20 untuk menjamin waktu tempuh yang lebih cepat, SCS juga memindahkan pusat operasi di Semarang, yang tadinya di Stasiun Pindrikan ke Stasiun Semarang West (kini stasiun Semarang Poncol) yang selesai dibangun pada Tahun 1914. SCS juga mengembangkan jalur ke pelabuhan semarang (tambak/kleine boom) baik pada saat masih di Pindrikan maupun ketika sudah berpindah ke Poncol. Jalur ini melewati Benteng Prins Van Oranje (dikenal orang Semarang dengan nama Benteng Pendem) dan berbelok ke utara menuju pelabuhan. Pada tahun - tahun itu, Stasiun Semarang West (Poncol SCS) belum tersambung dengan Stasiun Semarang Tawang (NIS) karena masih dioperasikan oleh perusahaan kereta api yang berbeda.

Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) merupakan perusahaan kereta terakhir yang beroperasi di Kota Semarang. SJS menguasai konsensi kereta api di Semarang Timur ke arah Demak, Kudus, Pati, Cepu, Jepara, Purwodadi dan terus meluas ke Rembang, Blora, Lasem, hingga Bojonegoro. SJS didirikan pada Tahun 1881, dan pertama kali membangun jalur tram di dalam kota Semarang pada Tahun 1882 dari Stasiun Sentral (Jurnatan) ke Stasiun Jomblang (Posisi Stasiun di depan Java Mall sekarang). Jalur ini merupakan jalur tram pertama di Semarang. Setelah itu SJS mengembangkan jalur ke arah Banjir Kanal melewati Jalan Bojong (kini Jalan Pemuda), melintasi Kantor Pusat NIS dan Taman Tugu Muda sekarang, Pasar Bulu dan berakhir di Halte Banjir Kanal (samping utara Jembatan Banjir Kanal Barat di daerah Poncowolo) yang diselesaikan pada Tahun 1883. SJS juga membangun jalur tram ke Pelabuhan melewati jalan Sendowo (sekarang), Kampung Sleko (sisi barat Kota Lama Semarang) dan lurus ke utara menyusuri Jalan Wiratno (sekarang). Untuk jalur ke Demak, pada awalnya SJS membangun jalur dari Stasiun Sentral Jurnatan ke arah Genuk melewati Jl Spoorban (kini Jalan MT Haryono), berbelok ke kanan di Pengapon, lurus melintasi Cilosari dan Tenggang baru ke Genuk. Jalur ini dioperasikan mulai Tahun 1883. Namun pada Tahun 1935, jalur yang berbelok ke Pengapon di non aktifkan dan dipindahkan ke sebelah utara melewati Kemijen  sebelum bertemu dengan jalur lama di Cilosari.

Seiring perkembangan waktu, jaringan jalur keretaapi di semarang mulai dimatikan satu per satu sampai hanya meninggalkan jalur aktif yang melewati stasiun Jrakah, Semarang Poncol, Semarang Tawang, dan Alastua (jalur milik SCS dan NIS). Jalur tram SJS dimatikan pada tahun 1940 tanpa sempat dikembangkan menjadi trem listrik seperti di Jakarta dan Surabaya. Menyusul seluruh jalur yang pernah dimiliki SJS dimatikan mulai tahun 40-an sampai tahun 70-an (jalur ke pelabuhan dan jalur ke Demak/Purwodadi). Stasiun Sentral Jurnatan setelah dinonaktifkan diubah menjadi Terminal Bis sampai tahun 80-an, yang kemudian ditutup dan kini menjadi kompleks pertokoan.










Stasiun Semarang NIS (Tawang) Setelah Stasiun Samarang NIS dinonaktifkan

Komentar

  1. Pada saat saya ke Penerbad/Bandara Ahmad Yani (lama) bulan November 2023 saya melihat rel yang tertanam di aspal, lokasinya dekat Terminal Lama Bandara. Di peta ini tidak tercantum, mungkin karena percabangan lama dan akses ke bandara militer sulit

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin memang ada, tapi karena data referensi yang memiliki informasi lokasi di periode pasca kemerdekaan sampai awal 2000-an sangat minim, agak sulit menelusuri trasenya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer