Jalur Kereta Api SS/KAI di Kota Bandung (1881 - Sekarang)


Jalur dan transportasi kereta api di Kota Bandung mulai dibangun dan berkembang pada Tahun 1881-1884 setelah Pemerintah Hindia Belanda melalui Perusahaan StaatsSpoorwegen membangun jalur ke Bandung melanjutkan jalur Bogor – Sukabumi – Cianjur. Dari Bandung, jalur ini kemudian diteruskan ke Yogyakarta dan bertemu dengan jalur yang dikembangkan oleh NIS dari Semarang di Yogyakarta. Lalulintas transportasi kereta api dari dan ke Bandung dikemudian hari semakin ramai setelah pemerintah berhasil mengkoneksikan Stasiun Cikampek dan Stasiun Padalarang melalui Purwakarta pada Tahun 1906.

Terlebih, Bandung merupakan Kota yang ditunjuk sebagai markas besar Staatspoorwegen (sampai sekarang Bandung menjadi Kota Kantor Pusat PT. KAI), sehingga setelah Tahun 1884 infrastruktur perkeretaapian di Bandung terus meningkat.

Besarnya potensi perkebunan di Kawasan Cekungan Bandung membuat Pemerintah Belanda terus berinvestasi untuk meningkatkan sektor transportasi di Bandung. Jalur – jalur cabang pun mulai dibangun seperti Jalur Cikudapateuh – Ciwidey melalui Soreang (Jalur ke Soreang diselesaikan Tahun 1921) dan total selesai sampai di Ciwidey pada Tahun 1924. Pada saat bersamaan, dari Stasiun Dayeuhkolot juga dibangun satu jalur cabang lagi menuju Majalaya yang berhasil diselesaikan Tahun 1922. Selain itu juga dibangun jalur untuk fasilitasi infrastruktur kemiliteran di Bandung, seperti jalur cabang ke Pabrik ACW (sekarang Pindad), dan juga jalur cabang dari Kiara Condong ke Karees.

Banyak dari jalur cabang di Kota Bandung yang telah non aktif. Sisa peninggalan berupa Bangunan Stasiun, Rel, dan sarana persinyalan masih dapat ditemui di bekas jalur – jalur tersebut. Jalur Cabang dari Dayeuhkolot ke Majalaya merupakan salah satu jalur yang dinonaktifkan lebih awal, yaitu oleh Penjajah Jepang pada Tahun 1942. Sedangkan jalur cabang dari Cikudapateuh ke Ciwidey masih aktif sampai Tahun 1982 (non aktif akibat prasarana yang using dan kalah persaingan dengan moda transportasi lain).

Untuk stasiun-stasiunnya sendiri, di lintas Dayeuhkolot – Majalaya sudah hampir semua tidak ditemui bekasnya, sedangkan untuk lintas Cikudapateuh – Ciwidey ada beberapa yang masih utuh, seperti Stasiun Cibangkong Lor, Dayeuhkolot, dan dari stasiun Banjaran sampai Ciwidey semua stasiunnya masih utuh.




Komentar

  1. yang rancaekek tanjung sari tidak tergambarkan

    BalasHapus
  2. gudang yang dari cabang stasiun kiaracondong itu gudang apa ya min?

    BalasHapus
    Balasan
    1. di jaman SS mungkin untuk penyimpanan barang dan keperluan lain, simpan rolling stock dll, kalau sekarang menjadi kantor dan kompleks diklat KAI

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer