Jalur Kereta Api SJS/PJKA Semarang - Kudus (1883 - 1986)

 Jalur kereta api Semarang ke Kudus dibangun oleh Samarang Joana Stoomtraam Maatschappij (SJS) pada Tahun 1883 setelah SJS menyelesaikan pembangunan jalur tram dalam Kota Semarang tahun sebelumnya. Jalur kereta api dimulai dari Stasiun sentral SJS, yaitu Stasiun Centraal Jurnatan (sekarang sudah tidak ada) di selatan Gereja Blenduk, Kota Lama Semarang, ke arah utara melintasi daerah Pengapon dan Kantor Pusat SJS di Pengapon, lalu ke arah timur ke Demak sejajar dan bersebelahan dengan jalan raya pos (Jalur Pantura sekarang). Segmen dari Semarang sampai ke Demak diselesaikan dan dioperasikan mulai Tahun 1883, kemudian segmen Demak ke Kudus mulai dioperasikan pada Tahun 1884. Jalur ini menjadi jalur raya pada masa kejayaan SJS karena setelahnya dibangun banyak jalur cabang di antara stasiun yang ada di jalur ini, seperti dari Demak ke Purwodadi - Rembang, dari Kudus ke Juwana - Rembang - Lasem sampai terhubung dengan jalur milik NIS di Jatirogo. Dari Purwodadi, jalur SJS juga terhubung dengan Jalur NIS di Gundih. Di Semarang, Jalur NIS terbubung dengan Stasiun Samarang NIS, kemudian ke Stasiun Tawang, dan juga ke stasiun milik SCS (Stasiun Pindrikan dan Stasiun Samarang West/Poncol). 

Angkutan barang hasil bumi dan pabrik gula dari berbagai pabrik gula di wilayah Muria Raya banyak ditransportasikan menggunakan jalur ini, termasuk juga angkutan penumpang dari kota - kota besar di sepanjang wilayah Gunung Muria hingga ke wilayah Grobogan dan Blora yang banyak terkenal dengan hasil bumi perkebunan dan pertambangan minyak. Jalur kereta api dari Kudus kemudian menerus ke Pati hingga Juwana (dibahas di postingan INI). Di Kudus sendiri terdapat percabangan ke arah Mayong, Pecangaan dan Welahan (dibahas di postingan INI). Adapun di Stasiun Demak bercabang ke arah Purwodadi (dibahas di postingan INI)

Perkembangan jaman memaksa SJS untuk melakukan pemindahan trase jalur, terutama di wilayah Perkotaan. Peristiwa ini setidaknya terjadi di Kota Semarang, Demak dan Kudus. Di Semarang, jalur kereta ke Demak yang awalnya melintasi Jalan Pengapon (Kantor Pusat SJS) digeser ke utara bersebelahan dengan Jalur NIS dari Semarang Tawang melintasi Kemijen pada Tahun 1935. SJS pun membangun Stasiun Kemijen pada tahun tersebut di sebelah utara lahan Balai Yasa SJS (Weerksplaat). Di Demak dan Kudus, jalur dipindahkan dari yang tadinya berada di pusat kota melintasi Alun - alun setiap kota, menjadi melewati daerah pinggiran. Hal ini dikarenakan jalan raya yang mulai ramai dengan kendaraan bermotor pada seperempat abad pertama di Abad ke 20, sehingga jalur kereta api tram dan jalan raya yang bersebelahan dirasa mulai tidak aman. 

Kondisi Terkini Stasiun Demak 

Semakin intensifnya penggunaan kendaraan bermotor hingga masa orde baru menyebabkan penggunaan angkutan Kereta Api semakin tersisih, terutama untuk jalur kereta api yang bersisian dengan jalan raya (jalur tram). Seiring dengan banyaknya jalur tram yang dinonaktifkan di Tahun 1970-an hingga Tahun 2000-an, jalur bekas SJS pun turut dinonaktifkan, bahkan seluruhnya. Jalur dari Semarang ke Demak dan Kudus dinonaktifkan sekitar Tahun 1986, dan prasarana yang tersisa mulai banyak hilang di Tahun 1990-an. Saat ini jalur yang ada kebanyakan sudah terpendam pelebaran Jalan Raya Pantura, dan stasiun - stasiun yang pernah dibangun pun mulai menghilang. Stasiun sentral Jurnatan sempat dijadikan Terminal Bis sebelum kemudian dirobohkan pada Tahun 1990-an dan kini bekas areanya telah menjadi kompleks pertokoan Jurnatan. Area bekas Stasiun Kemijen sempat dijadikan kompleks Pergudangan kereta api, namun kondisinya sekarang sudah berubah menjadi lahan tambak permanen (akibat banjir rob juga), dan sudah tidak dapat dipakai lagi. Hal yang sama juga terjadi di kompleks Stasiun Genuk (bangunan masih ada), dimana emplasemen stasiunnya sudah tergenang rob permanen. 

Komentar

Postingan Populer